Medan - Membangun demokrasi yang sehat tidak cukup hanya dengan kata-kata, tetapi membutuhkan keberanian nyata untuk berdiri di garis terdepan memperjuangkan kebenaran. Di tengah hiruk pikuk kepentingan politik dan melemahnya kepercayaan publik, langkah seorang kader partai yang memilih bersuara sendiri menjadi simbol bahwa nurani tak pernah bisa dibungkam.
Saharuddin, penggiat sosial Komunitas Sedekah Jum'at (KSJ) yang juga Koordinator Gerakan Rakyat Berantas Korupsi yang juga Wakil Sekretaris Bidang Kerja Sama Ormas DPD Partai Golkar Sumatera Utara, ia menggelar aksi tunggal di depan Gedung DPRD Sumut dan Kantor DPD Partai Golkar Sumut, Selasa 2/9/2025. Dengan spanduk tuntutan dan suara lantang, ia menyampaikan pernyataan sikap yang ditujukan langsung kepada Ketua DPD Partai Golkar Sumut, Musa Rajekshah, dan Ketua Umum DPP Partai Golkar, Bahlil Lahadalia.
Dalam orasinya, Saharuddin menegaskan bahwa aksinya tidak hanya gerakan pribadi, melainkan bentuk kepedulian terhadap marwah Partai Golkar dan kepercayaan masyarakat Sumatera Utara yang dinilai terdegradasi akibat kepemimpinan Ketua DPRD Sumut, Erni Ariyanti. Ia memaparkan tiga alasan utama mengapa penting evaluasi terhadap Erni harus segera dilakukan. "Meminta kepada Ketua DPD Partai Golkar Sumut Bapak DR.
H. Musa Rajekshah, S. Sos, M.Hum dan Ketua Umum DPP Partai Golkar Bapak Bahlil Lahadalia, SE untuk dapat segera mengevaluasi Ketua DPRD Sumut Erni Ariyanti, hal ini karena berbagai polemik yang muncul pada saat kepemimpinannya diantaranya, pertama Terkait kasus OTT Kadis PUPR Sumut, Ketua DPRD Sumut, Erni Ariyanti, didesak untuk dipanggil KPK (APH) karena adanya pergeseran APBD Tahun 2025, Hal ini dapat memperburuk kepercayaan publik terhadap kepemimpinannya dan mencoreng marwah Partai Golkar di Sumatera Utara, kedua Terkait Atas Pemberitaan Sejumlah Media, Pernyataan Ketua DPRD Sumut, Erni Ariyanti, yang secara terbuka mendukung klaim sepihak terhadap Pulau Mangkir Besar, Pulau Mangkir Kecil, Pulau Lipan, dan Pulau Panjang. Pernyataan itu bukan saja menyesatkan, tetapi juga mempermalukan martabat masyarakat Sumatera Utara, karena bersikeras mempertahankan sesuatu yang jelas-jelas bukan haknya, ketiga Tindakan Ketua DPRD Sumatera Utara, Erni Ariyanti, yang melaporkan pimpinan DPRD di Deli Serdang Yang merupakan Sesama Kader Partai Golkar ke pihak kepolisian atas komentar di media sosial, telah menimbulkan kegaduhan di masyarakat maupun di internal partai. Langkah tersebut dinilai tidak sejalan dengan cita-cita dan marwah Partai Golkar, serta mencoreng nama baik partai di mata publik," ucap Saharudin dalam orasinya.
“Ini bukan soal kepentingan pribadi, tetapi soal menjaga kehormatan partai dan menjaga kepercayaan rakyat Sumatera Utara terhadap Partai Golkar. Partai Golkar adalah rumah besar yang seharusnya membawa kesejahteraan bagi rakyat, bukan sumber kegaduhan,” tegas Saharuddin.
Ia menegaskan bahwa aksi ini akan berlanjut ke Jakarta di depan Gedung DPR RI dan Kantor DPP Partai Golkar agar Aaspirasi ini sampai ke ketua umum Partai Golkar Bapak Bahlil Lahadalia. Menurutnya, aksi tunggal yang ia lakukan adalah bentuk kesadaran untuk mencegah pernyataan tokoh publik etika dalam berpolitik yang dapat memicu gejolak besar di masyarakat.
Di DPRD Sumut, Saharuddin diterima langsung oleh Kabiro Humas DPRD Sumut, Muhammad Sofyan, yang menyatakan akan meneruskan tuntutan tersebut kepada Ketua DPRD Sumut. Sementara itu, di Kantor DPD Partai Golkar Sumut, ia diterima oleh Hendrik, Kepala Staf Sekretariat, yang menegaskan akan menyampaikan aspirasi Saharuddin kepada Ketua DPD Partai Golkar Sumut, Musa Rajekshah.
Aksi tunggal ini menjadi perhatian publik karena jarang sekali seorang kader partai berani tampil sendirian menyuarakan kritik terhadap Kader partainya sendiri yang menjadi tokoh publik. Langkah ini memperlihatkan bahwa kejujuran dan konsistensi tidak selalu datang dari keramaian, melainkan bisa berdiri tegak dari keberanian seorang individu.
Suara yang bergema dari mulut seorang Saharuddin hari ini adalah suara yang lahir dari nurani dan keberanian, bukan sekadar teriakan politik. Ia menegaskan bahwa marwah partai dan kepercayaan rakyat jauh lebih penting daripada jabatan seorang individu. Kini, tuntutan itu telah sampai di meja para pemimpin Partai Golkar. Pertanyaannya, apakah mereka akan mendengarkan suara yang jernih ini sebagai peringatan, atau justru mengabaikannya hingga menjadi gelombang yang lebih besar di masa depan. Sejarah akan mencatat bahwa pada hari ini, seorang kader partai berdiri sendirian untuk memperjuangkan harga diri partai dan harapan rakyat Sumatera Utara.